CENTURIES SERIES FIGHTERS - Part 1 - THE HUN F-100 SUPER SABRE

Pesawat tempur jet modern dimulai dengan digunakannya Me-262 oleh Jerman pada fase akhir Perang Dunia ke 2. Walaupun teknologinya belum matang dan aman, pesawat ini tetap dipaksakan terbang untuk dapat mengimbangi keunggulan udara di langit Eropa yang masih diisi oleh pesawat bermesin piston seperti P-51, P-38 dan P-47. Pesawat mesin piston mereka seperti Me-109 dan Fw-190 sudah tidak lagi menikmati keunggulan teknologi seperti pada fase awal perang. Walaupun belum matang, pesawat ini menjadi kejutan bagi sekutu karena lebih cepat dari pesawat piston tercepat yang ada di jajaran Sekutu sehingga sulit untuk dikejar dan mampu dengan cepat mencapai ketinggian di mana pembom-pembom Sekutu melakukan aksinya.

Me-262  sedang ditarik oleh Kettenrad (ww2-weapons.com)

Sebenarnya Inggris pun telah mengembangkan pesawat tempur bermesin jet tapi dibandingkan dengan Me-262, Gloster Meteor baru memasuki fase operasional pada akhir perang saat Inggris telah merasa teknologi ini dapat diandalkan. Kedua pesawat jet ini tidak pernah bertemu dalam peperangan dikarenakan Me-262 digunakan untuk pertahanan ruang udara Jerman sedangkan Gloster Meteor terbang pada ruang udara Sekutu yang dinilai aman dan untuk pertahanan udara daratan Inggris karena takut apabila pesawat ini jatuh ke tangan Jerman akan membuka rahasianya.


Gloster Meteor Royal Air Force (aviation-history.com)

Kemudian terjadilah perang Korea di tahun 1950. Pesawat tempur garis depannya banyak didominasi oleh pesawat-pesawat jet seperti yang digunakan  adalah F-80, F-89, F9F atau F2H Banshee walaupun masih terdapat pesawat bermesin piston yang bertugas sebagai support atau bantuan tembakan udara. Soviet yang membantu Korea Utara muncul dengan teknologi pesawat jet terbarunya yaitu MiG-15 membuka mata Amerika bahwa teknologi pesawat tempur modern ternyata bukan dominasi mereka. Seringkali Amerika harus susah payah menghadapi pesawat ini bahkan dengan pesawat tempur terbaru sekalipun seperti F-86 Sabre. Hanya karena pilot-pilot tempur Amerika yang terlatih sangat membantu dalam memperoleh keunggulan udara di langit Korea. 


F-86 Sabre (latar belakang) dan MiG-15 (latar depan),
dua seteru pada Perang Korea (copyright  Luigino Caliaro)

Hal ini lah yang mendasari Amerika untuk mengembangkan jet-jet tempur baru yang disyaratkan harus punya kecepatan melebihi kecepatan suara saat terbang mendatar dan mampu menggendong rudal dan memiliki komputer sebagai fire control system pada awal 50-an. Dengan kecanggihan ini, formasi jet-jet tempur milik USAF ini dikenal dengan Century Series Fighter dengan penomeran mulai F-100 Super Sabre hingga F-106 Delta Dart. Ada juga pesawat dari seri ini yang tidak memasuki tahap produksi seperti F-103, F-107 dan F-108 yang berhenti hanya pada bagian prototipe dan gambar desain. 

Penjelasan mengenai Centurie Series Fighter ini dibagi dalam beberapa bagian yang secara khusus membahas setiap seri pesawat tempur di dalamnya. Untuk Part 1 ini akan dibahas mengenai F-100 Super Sabre.

North American Aviation F-100 Super Sabre

F-100 bisa dibilang turunan langsung dari F-86 Sabre. Dari hasil evaluasi Perang Korea terutama saat berhadapan dengan MiG-15, maka diramulah satu pesawat baru oleh pembuat F-86, North American Aviation. YF-100 pertama kali terbang tahun 1953 dan langsung mendobrak batas kecepatan suara. Dibuat dengan beberapa versi yaitu A,B,C,D dan F, pesawat yang asalnya dibuat sebagai pesawat tempur siang hari ini berkembang menjadi penempur-pembom. Sedangkan versi B nya dikembangkan untuk diajukan menjadi penempur baru F-107 yang sayangnya tidak berlanjut ke tahap produksi.
Dilengkapi dengan senjata kanon Pontiac M39 20 mm; kanon yang juga digunakan pada F-5E Tiger II TNI AU; dan rudal-rudal seperti Sidewinder dan Bullup dan roket-roket tanpa kendali juga mampu dijejali dengan bom-bom konvensional dan juga bom nuklir apabila diperlukan.
Searah jarum jam dari kiri atas F-100A, F-100C, F-100F/TF-100, F-100D (f-100.org)

Seri F-100 ini bertugas di USAF dari tahun 1954 hingga 1971 dan selanjutnya diserahkan kepada Air National Guard yang menggunakannya hingga 1979 sebelum akhirnya ditarik dari dinas operasional aktif.  Super Sabre atau juga dikenal dengan nama Hun kependekan dari "one Hundred" terlibat aktif sebagai pesawat tempur pembom di Vietnam. Adapun variasi dari seri ini adalah:

F-100A - Seri awal produksi yang sesuai dengan keinginan Tactical Air Command. Keluar dari jalur produksi tahun 1954. Seri ini merupakan sedikit upgrade dari YF-100 akan tetapi masih terdapat banyak kekurangan sehingga produksi seri ini hanya pada angka 203. Seri ini dipensiunkan dari dinas aktif USAF pada akhir 50-an.

RF-100A "Slick Chick" - Pada tahun 1954, beberapa Hun versi A diubah menjadi versi intai tak bersenjata. Semua persenjataan pada moncongnya dilolosi dan dipasang dengan lima kamera rekon. Namun semua kamera itu tidak dapat masuk ke dalam rangka standar F-100A. Oleh karena itu ditambahkan gembungan di bawah kokpit untuk mengakomodasi.
RF-100A USAF (f-100.org)
RF-100A biasanya dilengkapi dengan empat tangki bahan bakar eksternal karena profil misinya yang membutuhkan seringnya penggunaan afterburner untuk dapat melakukan misi pengintaian kecepatan tinggi di wilayah yang berbahaya. Beberapa kali RF-100A ini melakukan misi pengintaian ke dalam wilayah Uni Soviet kemudian kembali ke wilayah sendiri sebelum pertahanan udara lawan sempat bereaksi. Versi ini belum dilengkapi dengan alat pengisian bahan bakar di udara juga makanya butuh bahan bakar yang banyak. 

F-100B/F-107A Ultra Sabre - Dibuat untuk bersaing dengan F-105 Thunderchief. North American membuat pesawat ini untuk menunjukkan kalau Super Sabre ini merupakan platform yang dapat dikembangkan.  Bisa dibilang varian ini paling beda dengan sodara-sodaranya dalam hal fisik seperti air intake yang ditempatkan dipunggung dan bukannya dimoncong seperti varian lain Super Sabre. Varian ini juga yang bisa mencapai kecepatan Mach 2. Akan tetapi AU AS lebih memilih Thunderchief sebagai pemenangnya sehingga versi ini tidak berlanjut ke jalur produksi dan prototipe yang telah dibuat diserahkan kepada NACA (pendahulu NASA) untuk dijadikan platfrom uji coba penelitian di bidang aeronautika.


F-107A (wallscover.com)

F-100C - Keinginan Tactical Air Command untuk menggantikan F-84 Thunderstreak sebagai fighter bomber tidak terakomodasi dengan baik pada versi A. Kemudian North American membuat versi C yang menjalankan fungsi fighter bomber bahkan dengan kemampuan menggotong persenjataan nuklir taktis. Memasuki operasional pada 14 Juli 1955, versi ini dipandang sebagai solusi sementara untuk tempur-bomber yang efektif walaupun masih membawa cacat yang ada dari varian A. Mesin turbojet Pratt & Whitney J57 yang telah ditingkatkan pada versi J57-P-21 tetap memiliki masalah pada compressor stall. 
Walaupun mampu membawa empat tangki bahan bakar pada hardpoint nya, tetapi apabila digeber pada kecepatan tinggi dapat menyebabkan kehilangan kestabilan arah sehingga akhirnya digantikan dengan dua tangki bahan bakar saja berkapasitas 450 US gallon. Ini pun barang yang jarang dan mahal dan akhirnya digunakan tangki dengan kapasitas 335 US gallon.
Varian ini dilengkapi dengan alat pengisi bahan bakar di udara dan menambah kapasitas bahan bakar internalnya pada bagian sayap.
Tujuh puluh pesanan varian A yang dipesan oleh USAF diubah menjadi varian C dan produksinya mencapai 476 unit.
Versi ini tidak banyak digunakan pada konflik di Vietnam karena pada akhir 1959, versi ini ditransfer ke Air National Guard (ANG) dan digunakan untuk peran latihan karena digantikan oleh varian D. Tercatat empat skadron ANG yang menggunakan varian ini terlibat dalam konflik Vietnam.


F-100D - Varian ini yang banyak digunakan dalam perang Vietnam sebagai dukungan terhadap pasukan darat. Diproduksi hingga 1.274 unit, varian ini dianggap sebagai varian sejati Super Sabre karena fungsinya sebagai tempur bomber tanpa adanya tugas sebagai keunggulan udara. Versi ini memiliki sayap dan bagian ekor yang lebih besar dari varian sebelumnya serta memiliki landing flap yang tidak dimiliki pada versi lain Super Sabre. Masalah-masalah yang dihadapi pada A dan C masih terbawa pada varian ini seperti autopilot, firing system yang tidak akurat, lepasnya probe pengisi bahan bakar di udara pada saat kecepatan tinggi belum dapat sepenuhnya dipecahkan. Varian ini lah yang pertama kali menggunakan Sidewinder sebagai rudal udara ke udara.
Unit yang menggunakan F-100D awalnya ditempatkan di Filipina untuk kemudian digeser ke Thailand dalam menghadang gerakan Phatet Lao di barat laut Laos. Selanjutnya setelah insiden Teluk Tonkin pada Agustus 1964, pesawat ini dijadikan pengawal untuk pesawat-pesawat penyerang ke Vietnam Utara dan juga mengemban misi pemboman. Pesawat inilah yang mengawal  F-105 yang melakukan penyerangan pada jembatan Tan Hoa pada April 1965. Selama mengemban fungsi ini, tidak pernah tercatat menembak jatuh MiG-MiG milik Vietnam Utara walaupun pernah sekali-sekali menembakkan rudal dan kanonnya dengan hasil yang tidak jelas.
Karena tidak memiliki radar yang baik dan juga kemampuan struktural terbatas pada saat terbang rendah dalam kecepatan tinggi, akhirnya sejak 1965 dan seterusnya Super Sabre hanya dibatasi pada ruang udara Vietnam Selatan di mana tugasnya adalah sebagai Bantuan Tempur Udara bagi pasukan darat yang mengalami kesulitan. Dengan kemampuan terbatas ini, Super Sabre secara perlahan ditarik dari kancah Perang Vietnam sehingga purna tugas dari AU AS pada 1971 untuk selanjutnya diserahterimakan ke ANG yang menggunakannya hingga tahun 1979. 
48 unit terakhir memiliki kemampuan zero-length launch (ZEL), kemampuan untuk lepas landas tanpa harus memiliki landas pacu karena menggunakan booster roket.  Fitur yang pada akhirnya tidak digunakan karena ribet dan tidak praktis mengingat pada saat mendarat, pesawatnya tetap membutuhkan landas pacu. 


F-100D pada platform peluncuran untuk lepas landas
 tanpa landas pacu menggunakan roket berbahan bakar padat
 (http://www.airvectors.net/avf100.html)

F-100F - Akibat tingginya tingkat kecelakaan pada Super Sabre yang dinilai akibat kurang terlatihnya pilot-pilot baru dalam mengendalikan pesawat yang memiliki kemampuan supersonik, dipikirkan lah versi dua tempat duduk sebagai pesawat konversi untuk pilot-pilot yang nantinya akan mengawaki pesawat ini. Tahun 1954 AU AS meminjamkan F-100C kepada North American Aviation untuk dikonversi menjadi versi dua tempat duduk dengan designasi TF-100C. Selanjutnya berkembang  menjadi combat trainer dan oleh AU AS designasinya diubah menjadi F-100F yang memiliki fitur sama dengan varian D kecuali perubahan jumlah kanon dari empat menjadi dua.
Unit operasional yang pertama kali diterbangkan pada tahun 1957 dan pertama diserahkan ke AU AS pada Januari 1958 dan pada akhir tahun itu varian ini telah memenuhi skadron-skadron yang mengoperasikan F-100D yang beroperasi di luar negeri. 
Perang Vietnam memperkenalkan pahitnya pengalaman kehilangan banyak pesawat tempur akibat SAM milik Vietnam Utara terutama SA-2 Guideline, SAM yang juga pernah mengisi jajaran TNI AU di masa 60-an bersamaan dengan datangnya MiG, Tupolev dan Ilyushin saat kampanye Irian Barat. Rudal SAM ini dipandu oleh radar di darat ke sasaran. Stasiun radar penuntun ini lah yang disasar oleh AU AS untuk dapat mengurangi jatuhnya korban lebih besar di pihak mereka. F-100F lalu dijadikan platform untuk misi seek and destroy nya radar Vietnam yang selanjutnya dikenal dengan Wild Weasel. Ya, F-100F adalah mbahnya Wild Weasel yang merupakan generasi pertama. Semua misi-misi Wild Weasel hingga hari ini berawal dari pesawat dengan moncong besar di depan. Modifikasi dilakukan oleh Applied Technologies Inc. yang melengkapi dengan  IR-133 Panoramic Scan Receiver yang mampu membaca sinyal radar 360 derajat yang ditampilkan dalam layar tabung atau biasa disebut Cathod Ray Tube yang akan menunjukkan arah sinyal radar yang mengunci ke pesawat. Lalu setelah diketahui arah radar SAM yang akan jadi sasaran, F-100F bisa menghancurkan sasaran tersebut sendiri atau dibantu dengan pesawat penempur bomber yang memiliki muatan yang untuk menghancurkan sasaran radar tersebut. Menurut buku Ted Spitzmiller; Century Series The USAF Quest For Air Supremacy 1950-1960; misi ini dijelaskan kepada awak kapal F-100F. Salah satu Perwira Perang Elektronik atau Electronic Warfare Officer kemudian menjawab, “You want me to ride in the back of a two seat fighter with a teenage killer in the front seat? You Gotta Be Shitting Me!” Konon dari jawaban inilah, pada patch Wild Weasel hingga saat ini tertulis YGBSM yang merupakan singkatan You Gotta Be Shitting Me. 
Patch Wild Weasel dengan 
mottonya di bawah YGBSM 
(ericsusafpatches.nl)

Misi Wild Weasel ini dimulai dari bulan November 1965. Tugas F-100F Wild Weasel adalah menemukan sarang SAM dan radarnya, kemudian pesawat ini meluncurkan roket 2.75 inc untuk menandakan sasaran dan selanjutnya sasaran dihancurkan oleh F-105 Thunderchief walaupun pernah ada kejadian saking gak sabarnya, pilot Wild Weasel ini setelah menandakan sasarannya dengan roket, kembali lagi menghajar dengan kanonnya. Penugasan F-100F terhitung tidak lama. Pada bulan Juli 1966, tugasnya mulai diteruskan digantikan oleh F-105 Thunderchief walaupun masih ada F-100F yang digunakan untuk misi ini. Karena misi pula, Wild Weasel mulai menggotong AGM-45 Shrike yang bertugas menghancurkan sarang radar dengan mengendus emisi radar yang dipancarkan sasaran tersebut.




F-100F Super Sabre untuk misi Wild Weasel  
(theaviationist.com)
F-100F juga bertugas sebagai Forward Air Controller setelah dinilai FAC yang telah ada rentan terhadap artileri serangan udara Vietnam Utara karena dinilai lambat seperti O-2 Birddog. Metode yang digunakan adalah awak belakang membaca peta, kemudian pilot menembakkan roket untuk menandai sasaran. Awak belakang kemudian mengatur pesawat-pesawat penyerang membawa amunisi untuk menghancurkan sasaran bak seorang dirijen dan melihat sasaran secara visual apakah sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Karena biasanya lingkungan penggunaan F-100F ini sangat berbahaya di mana terdapat banyak AAA, SAM dan MiG, maka FAC dengan kecepatan tinggi dibutuhkan untuk bisa lolos dari ancaman ini. Misi FAC dengan kecepatan ini sering disebut dengan "Misty". Bayangin kalo ancaman sebanyak itu FAC nya dilakukan OV-10, bisa jadi malah sibuk bermanuver menyelamatkan diri dibandingkan mengatur serangan. Dan awak belakang Super Sabre F ini harus punya perut yang kuat karena mau gak mau melakukan manuver-manuver gaya gravitasi tinggi untuk bisa melakukan fungsi menghindar sambil mengarahkan. 

QF-100 Drone - Beberapa pesawat F-100D yang sudah ketinggalan zaman diubah menjadi pesawat nirawak untuk menjadi target latihan bagi pilot AU dan kru AD AS untuk memberi gambaran penembakan realistis.
Diawali pada tahun 1979 dengan adanya kontrak dengan Sperry Flight System yang mengubah 9 F-100D menjadi QF-100. Beberapa QF-100 diubah berdasarkan persyaratan dari AU AS, beberapa diubah berdasarkan kebutuhan AD AS. Total ada 206 pesawat yang dikonversi menjadi QF-100.

QF-100 Drone dengan cat warna jingga sebagai penanda
kalau ini sudah dikonversi jadi drone. Pada punggungnya dapat
dilihat beberapa antena untuk komunikasi  dari pengendali
jarak jauh di darat (f-16.net)
Lepas landas Drone ini dikendalikan oleh pengendali yang berada di ujung landas pacu. Setelah terbang, kendali dialihkan ke pilot jarak jauh yang berada pada stasiun darat. Biasanya drone ini telah dimasukkan beberapa program manuver ke dalam komputer di dalam pesawat. Apabila pesawat lolos dari hasil percobaan, pesawat akan di arahkan ke suatu titik di mana pengendali di ujung landas pacu akan mengambil alih untuk pendaratannya. Drone ini lah yang menjadi sasaran ujicoba pertama rudal AMRAAM tahun 1985. Biasanya drone ini memiliki siklus hidup sebanyak sepuluh penerbangan sebelumnya akhirnya dihancurkan.


PENGABDIAN SUPER SABRE DI LUAR AU AS

Selain AU AS alias USAF, ada juga AU negara lain yang menggunakan Super Sabre ini.

PERANCIS
AU Perancis atau Armee de l'Air menerima Super Sabre ini pada bulan Mei 1958. Adapun varian yang diterima oleh AU Perancis adalah F-100D dan F-100F. Karena saat itu Perancis merupakan anggota penuh NATO, Perancis menempatkan juga pesawatnya pada pangkalan udara di Jerman. Selain itu juga mereka telah menggunakan pesawat ini pada konflik di Aljazair. 
Armee de l'Air menggunakan pesawat ini hingga tahun 1977-1978 untuk digantikan oleh Sepecat Jaguar. Sisa pesawat yang ada diterbangkan ke Inggris untuk dikembalikan ke Amerika Serikat yang selanjutnya disimpan atau dihancurkan.


F-100F Armee de l'Air (http://blog.mentalpilote.com)

F-100D Armee de l'Air (escadrilles.org)



DENMARK
AU Denmark atau Kongelige Danske Flyvevåben menerima F-100D dan F-100F pada bulan Juli 1959 menggantikan F-84G Thunderjet dengan tugas utama sebagai close air support dan fungsi kedua sebagai pesawat serang maritim dan pertahanan udara.
F-100 pada AU Denmark memiliki rekaman keselamatan yang buruk yang dibuktikan dengan berkali-kali digrounded dan berkali-kali juga dinyatakan layak terbang. Sepertiga dari Super Sabre di jajaran AU Denmark hancur karena kecelakaan. 


F-100F AU Denmark (f-100.org photo by Don Gilham)
F-100D AU Denmark (f-100.org photo by Alf Blume)
Pengabdian The Hun di AU Denmark berakhir pada tahun awal 80-an dan digantikan dengan F-16. Terdapat informasi untuk beberapa pesawat ini milik AU Denmark pernah ditransfer ke AU Turki.  


TURKI
Akhir 1950-an, AU Turki (Turk Hava Kuvvetleri) menerima sekitar 206 Super Sabre dari versi C, D dan F. Kebanyakan diambil dari stok bekas milik AU AS namun beberapa juga dari AU Denmark. Pesawat ini digunakan secara ekstensif pada tahun 1974 saat Turki berkonflik dengan Yunani saat Turki menginvasi Siprus. The Hun terakhir dalam AU Turki dipensiunkan dari tugas adalah F-100D pada tahun 1982.



F-100C AU Turki (f-100.org photo by Henk Scharringa)

F-100F AU Turki di Museum AU Turki (abpic.co.uk photo by Joe Evans)

TAIWAN
Angkatan Udara Republik Cina (Republic of China Air Force aka ROCAF) atau AU Taiwan merupakan satu-satunya angkatan udara yang memiliki Super Sabre versi A selain AU AS. Diterima pertama kali bulan Oktober 1958, yang datang duluan malah versi F. Baru selanjutnya versi A dan versi intai RF-100A berdatangan ke Taiwan. Versi A milik Taiwan ini menggunakan stabilizer vertikal milik The Hun versi D plus AN/APS-54 radar peringatan di ekor dan tambahan lain yang memungkinkan The Hun milik Taiwan ini mampu menggotong dan menembak Sidewinder. 


F-100A AU Taiwan (f-100.org photo by Kenneth Kustenmacher )


Beberapa RF-100A hilang di atas udara Republik Rakyat Tiongkok akibat terkena tembakan. Misi pengintaian pesawat ini ke daratan utama Tiongkok hingga hari ini masih diliputi kerahasiaan.

Centuries Series Fighters Part 2 selanjutnya akan membahas mengenai F-101 Voodoo.






Source:
f-100.org
boeing.com
militaryfactory.com
https://ipfs.io/ipfs/QmXoypizjW3WknFiJnKLwHCnL72vedxjQkDDP1mXWo6uco/wiki/North_American_F-100_Super_Sabre.html
www.joebaugher.com/usaf_fighters/
theaviationist.com/2014/03/13/wild-weasel-f-100/

F-100 Super Sabre at War By Thomas E. Gardner

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PHALANX CIWS

OERLIKON MILLENIUM 35mm NAVAL REVOLVER GUN