ROLLING AIRFRAME MISSILE



Pendahuluan


Rolling Airframe Missile merupakan lanjutan dari kebutuhan Close-In Weapon System atau Sistem Senjata Jarak Dekat yang dibutuhkan untuk mempertahankan kapal dari serangan rudal anti kapal, pesawat udara, drone dan juga kapal-kapal yang lebih kecil yang lebih lincah. Taktik ancaman terhadap kapal atau armada semakin berkembang dengan cara keroyokan di mana lebih dari satu rudal diluncurkan terhadap sasaran dalam waktu yang bersamaan yang meningkatkan kemungkinan perkenaan. Mungkin pernah nonton film "The Sum of All Fears" pada suatu adegan pihak Rusia mengerahkan banyak bomber yang meluncurkan sejumlah rudal anti kapal dari berbagai arah dan dalam waktu yang bersamaan yang kemudian coba ditangkis oleh Phalanx kapal induk Amerika tapi beberapa rudal lolos dan menimbukan kerusakan parah. 





Emang cuman film karena biasanya kapal induk US Navy gak pernah beroperasi sendirian tapi ditemenin satu geng mulai dari penjelajah, destroyer sampai fregat sebagai suatu CSG atau Carrier Strike Group, tapi ada satu hal yang bisa dibilang sebagai fakta bahwa Phalanx akan berganti sasaran setelah mendapatkan konfirmasi dari sensornya kalau sasaran telah berubah arah setelah ditembak atau malah hancur sama sekali. Phalanx hanya akan fokus pada satu sasaran hingga sasaran dianggap tidak membahayakan lagi sebelum berpindah ke sasaran lain, yang pasti akan memakan waktu sepersekian detik untuk menembak, konfirmasi hasil tembakan, konfirmasi sasaran sudah tidak mengancam dan pindah ke satu sasaran lainnya. Dalam kata lain, kelemahan Phalanx adalah tidak mampu menetralisir ancaman yang bersamaan dalam satu waktu. Seiring semakin canggih dan semakin cepatnya rudal anti kapal, dibutuhkan jawaban yang juga canggih dan cepat merespon. Sistem Rolling Airframe Missile ini dianggap mumpuni untuk menjawab tantangan ini.

Sejarah

RAM atau Rolling Airframe Missile sebenernya mengacu kepada munisinya, rudal RIM-116 Rolling Airframe Missile yang merupakan hasil kerjasama Amerika dan Jerman untuk membuat suatu sistem pertahanan untuk kapal berbasis rudal kelas ringan, berkecepatan supersonik, fire and forget, dipandu oleh radio dan pemandu infra merah. Dinamakan Rolling Airframe karena badan rudal ini berputar seperti peluru keluar dari laras senapan untuk menstabilkan arah lintasan ke sasaran.


Program pembuatan RAM ini dimulai tahun 1975 oleh General Dynamic Pomona and Valley System (yang sekarang menjadi Raytheon).  Untuk menghemat ongkos pengembangan, RAM banyak mengambil sistem-sistem yang sudah terbukti dari sana sini. Contohnya, untuk motor roket RAM mengambil dasar dari MIM-72 Chaparral, hulu ledaknya AIM-9 Sidewinder dan pemandu infra merahnya Stinger. 

MIM-72 Chaparral (wiki)
FIM-92 Stinger (janes.com)










AIM-9L Sidewinder (wiki)















XRIM-116A pertama kali diuji tahun 1978 dan masuk jalur produksi General Dynamics tahun 1979. Setelah mengalami berbagai masalah, RIM-116 baru memasuki tahap operasional untuk US Navy di tahun 1992.


Rudal RIM-116 Rolling Airframe Missile (courtesy of seaforces.org)

Platform

Ada beberapa platform yang digunakan untuk RAM ini.

Mk-31

Mk-31 Guided Missile Weapon System yang terdiri atas peluncur rudal yang Mk-49 Guided Missile Launching System dan Mk-144 Guided Missile Launcher yang terdiri atas 21 Mk-44 Missile Guided Round Packs (rudal RIM-116 beserta tabung peluncur)

Mk-49 Guided Missile Launching System (from diehl.com)
Sistem ini mengandalkan sensor yang terintegrasi dengan sistem tempur yang ada di di kapal. Untuk kapal-kapal US Navy yang menggunakan sistem Mk-31 ini, sensor yang digunakan adalah AN/SWY-2 Ship Defense Surface Missile System (SDSMS) dan Ship Self Defense System (SSDS) Mk 1 atau Mk 2.
Sistem ini juga dijual ke negara lain seperti Korea, Turki, Jerman, Jepang, Arab Saudi dan Mesir. Pada kapal perang Korea, sistem ini dipasang pada destroyer kelas Aegis KDX-3.

Destroyer KDX-III Sejong The Great dengan RAM pada lingkaran merah (wiki)



SeaRAM

Platform lain yang digunakan untuk meluncurkan RIM-116 adalah menggunakan radar dan elektro optikal yang sudah ada yaitu milik Phalanx Mk-15 Block 1B. Lalu ditambahkan dengan 11 Mk-44 jadilah pengganti Phalanx yang lebih mematikan.

SeaRAM di atas USS Coronado (LCS-4) (cpf.navy.mil)
Dengan radar dan penjejak optikal elektro ini, sistem ini dapat mandiri-terpisah (stand alone) dari sistem radar dan penjejak kapal sehingga investasi yang dibutuhkan untuk memiliki sistem ini lebih untuk mengupgrade dibanding memiliki sistem baru yang harus diintegrasikan dengan sistem tempur kapal. Hal ini dikatakan dalam website Raytheon yang sedang melaksanakan upgrade sistem ini ke destroyer milik US Navy yang ada di Eropa yaitu  USS Porter, USS Carney, USS Ross dan USS Donald Cook. SeaRAM juga dipasang pada kapal Littoral Combat Ship.

SeaRAM dan Phalanx pada kapal perang AL Jepang Izumo.
Perhatikan kesamaan radar penjejaknya (deagel.com)

SeaRAM ini juga dijual ke sekutu-sekutu AS terdekat yang telah menggunakan Phalanx CIWS pada kapal-kapal perang mereka seperti Arab Saudi dan Jepang yang telah dipasang pada kapal induk helikopter kelas Izumo yang pada foto di sebelah menggunakan dua sistem CIWS yaitu Phalanx dan SeaRAM.


Varian

Missile RIM-116 ini telah mengalami perkembangan sesuai tuntutan dari user terutama AL AS. Ancaman yang terus berkembang dan teknologi yang semakin canggih menuntut RAM juga harus berevolusi menjawab tantangan ini. Adapun perkembangan RAM ini dibagi dari mulai awal yaitu Block 0 hingga versi terakhir Block 2.

Block 0 (RIM-116)

Versi orisinil atau awal nya RIM-116 menggunakan hulu ledak, motor roket dan sumbu dari AIM-9 Sidewinder serta pemandu dari FIM-92 Stinger. Block 0 menggunakan radio untuk panduan ke sasaran dan pada fase akhir atau terminal, rudal akan menggunakan panduan infra merah untuk menghancurkan sasaran.

Block 1A (RIM-116B)

Menambahkan kemampuan pemandu infra merah yang berkelanjutan, lebih mandiri, untuk mencegat rudal anti kapal yang tidak menggunakan radar sebagai pemandu. Kemampuan dasar Block 0 dalam menggunakan frekuensi radio untuk panduan sepanjang jalur menuju sasaran tetap dipertahankan.

Block 2 (RIM-116C)

Block 2 ini merupakan versi terakhir RIM-116 yang kemampuan dalam sistem kendali mandiri 4-sumbu pada canard nya, dibandingkan dengan dengan Block 1A yang hanya menyediakan canard untuk kendali 2-sumbu, peningkatan kemampuan deteksi infra merah dan radio frekuensi untuk mengantisipasi ancaman yang bermanuver dengan kecepatan tinggi seperti halnya Yakhont. 



RIM-116 Block 1A (mdc,idv.tw)
RIM-116 Block 2 (thaimilitaryandasianregion.files.wordpress.com)

Penutup

Semakin berkembangnya Close In Weapon System berbasis rudal ini akan meningkatkan efektifitas dalam mempertahankan kapal pada khususnya dan armada pada umumnya. Cara untuk bisa menenggelamkan kapal yang dijaga dengan sistem ini pun harus kembali dicari baik dengan melalui teknologi rudal anti kapal yang baru maupun perubahan taktik penggelaran rudal anti kapal yang ada. 

Coba CIWS ini bisa dipasang di PKR 105 TNI AL, pasti akan lebih mumpuni melayani serangan rudal anti kapal lawan. Oerlikon Millenium nya pasang di korvet Sigma ajah.  Ingat lho, kita termasuk negara yang ketinggalan dalam penggelaran CIWS untuk kapal perang TNI AL.



Video promosi SeaRAM dari Raytheon ini bisa menggambarkan efektifitas dalam menghadapi ancaman multiple rudal dengan mode sea-skimming ke arah kapal yang dilindungi. Dengan fitur fire and forget, memungkinkan SeaRAM merespon ancaman dalam waktu cepat dan jarak yang masih jauh. 

Source:
wikipedia.org
navy.mil
seaforces.org
diehl.com
raytheon.com
designation-systems.net
youtube.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CENTURIES SERIES FIGHTERS - Part 1 - THE HUN F-100 SUPER SABRE

OERLIKON MILLENIUM 35mm NAVAL REVOLVER GUN

PHALANX CIWS